Prince Dr. Damien Dematra Tokoh Perdamaian Yang Terus Dikenang


Jakarta, JAKARTADIPLOMATS.COM - Di tengah dunia yang penuh intoleransi dan anti perdamaian, muncul sosok Prince Dr. Damien Dematra. 

Ia adalah sosok yang tiada henti berkontribusi untuk perdamaian. Dia Sosok yang kerap di panggil Prince of Peace atau Pangeran Perdamaian ini telah berpulang 100 hari yang lalu, tepatnya di tanggal 27 April 2025.

Berbagai kalangan, tokoh dan kerabat turut berduka cita dan merasa kehilangan akan sosok beliau.

Dalam 100 hari kepergiannya, ribuan pemuda pemudi dari lintas agama kerap mendoakan beliau dengan kepercayaan mereka masing-masing.

Ribuan anak di Masjid Istiqlal mendoakan kepergian Sang Pangeran Perdamaian begitu juga dengan ratusan anak lintas agama dalam Konferensi Pemuda Lintas Agama yang diadakan di Bali dan Surakarta. Ratusan Anak di berbagai Pesantren di Indonesia juga mendoakan kepergian Sang Pangeran Perdamaian.

Perwakilan berbagai agama dari Konghucu, Hindu, Buddha, Kristen, Katolik, Muslim. Para tokoh lintas agama dan kerabat merasakan kehilangan atas kepergian Prince Dr. Damien Dematra.

Presiden ke-7 RI, Presiden Joko Widodo juga turut merasa kehilangan akan sosok yang telah menginspirasi dunia ini, "Saya turut berduka cita sedalam-dalamnya".

Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dr. Abraham Joseph juga mengutarakan kesedihannya yang mendalam, "Saya sangat berduka atas meninggalnya Prince Dr. Damien Dematra".

Prince KPAA Dr. Damien Dematra dikenal sebagai tokoh perdamaian dan toleransi yang terus menggemakan perdamaian hingga akir hidupnya.

Beliau merupakan sosok multitalenta. Selain sebagai seorang aktivis perdamaian, ia merupakan sutradara film, novelis, penulis naskah, produser, fotografer internasional, dan pelukis. Ia telah tampil di banyak majalah dan berita seperti Majalah Time yang berbasis di New York, CNN International dan banyak lagi. Ia juga merupakan pemegang 13 rekor dunia di berbagai bidang.

Tahun lalu, Prince Damien Dematra mendapat penghargaan Anugerah Peacemaker of the Year dari Universitas As-Safiiyah, "atas kontribusinya yang luar biasa terhadap perdamaian dan toleransi di dunia" dan merekomendasikannya untuk Hadiah Nobel Perdamaian. Rekomendasi ini mengikuti nominasi Hadiah Nobel Perdamaian serupa yang dibuat oleh Ketua MPR, DPR dan DPD.

Ia memperoleh gelar tertinggi dari Keraton Surakarta Hadiningrat; Kanjeng Pangeran Aryo Adipati (KPAA), Jabatan kerajaan Pangeran Agung dianugerahkan kepadanya dari Istana Kerajaan Buleleng Bali, Gelar Pangeran dari Keraton Pakualaman Yogyakarta. 

Gelar dan jabatan tersebut diberikan atas kontribusinya yang besar terhadap perdamaian, kebudayaan, dan kemanusiaan. Selain itu, banyak kerajaan dan Istana Kerajaan yang menghormati prestasinya dengan mengangkatnya sebagai Pangeran dan Pangeran kehormatan.

Pengakuan atas kontribusinya untuk perdamaian membawanya mendapatkan 12 nominasi Nobel Peace Prize. (penghargaan tertinggi untuk tokoh perdamaian dunia) karena kontribusinya yang besar dan tiada habisnya terhadap perdamaian selama bertahun-tahun.

Ia telah menerima lebih dari 700 penghargaan internasional nasional. Ia telah menulis 101 novel dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia, 81 film dan skenario TV, serta memproduksi 48 film dalam berbagai genre. Sebagai seorang pelukis, ia telah menghasilkan ribuan sketsa dan lukisan, di antaranya ia melukis 365 lukisan hanya dalam waktu satu tahun. Ia juga mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement Award dari USA.

Profil dan karyanya telah dipublikasikan oleh media internasional seperti Time, CNN, The Wall Street Journal, BBC, AP, AFP, Reuters, USA Today, ABC, NBC, New York, Forbes, Washington Post, Los Angeles Times, Channel NewsAsia, Al Jazeera TV, NHK Jepang, KBS (Korea), TV 3 Malaysia, Iran TV, dll.

Ia merupakan penggagas dan koordinator nasional Gerakan Peduli Pluralisme dan juga ketua kelompok Gerakan Nasional Menulis di Indonesia. Hingga saat ini ia memegang 13 rekor dunia, diantaranya adalah: sebagai penulis tercepat di dunia, penulis dengan penerbitan novel tercepat, fotografer tercepat di dunia, pelukis tercepat di dunia, penulis buku paling tebal di dunia, produksi film layar lebar tercepat di dunia. dalam sejarah dari penulisan naskah hingga pemutaran perdana dalam 9 hari 17 hari 45 menit.

Ia telah memenangkan ratusan penghargaan internasional di berbagai kompetisi & festival film di Amerika, Eropa, dan Asia, termasuk sutradara terbaik dan skenario terbaik. Ia memprakarsai Hari Perdamaian Nusantara bersama banyak raja, sultan, keluarga kerajaan, dan Dewan Kebudayaan Nusantara.

 Ia juga menginisiasi Hari Kebudayaan Internasional dan Gerakan Kebudayaan untuk Perdamaian dan diluncurkan di Istana Kesultanan Kacirebonan. Gerakan ini menjadi viral dan 150 negara dan kerajaan telah bergabung dengan hanya dalam beberapa bulan dan memberinya penghormatan.

Sebuah majalah bergengsi asal Amerika, memilihnya sebagai Man of the Year dan menjadi sampul Majalah. Ia juga mendirikan Dewan Perdamaian & Kebudayaan Dunia.

Ia mendirikan Peace20; sebuah inisiatif global yang bertujuan untuk terlibat secara aktif sebagai kelompok keterlibatan G20. Peace20 memegang rekor tanda tangan kolektif untuk “Buku Tertebal di Dunia dengan Pesan Perdamaian,” dengan lebih dari 25.500 orang mewakili 53 negara di lebih dari 5.200 halaman. Peace20 kini melanjutkan perjalanannya ke Brasil, setelah sukses di India.

Bersama dengan Visions of Peace Initiative, ia memecahkan rekor “Buku Terbesar di Dunia dengan Pesan Perdamaian.” Sebuah buku yang berisi ribuan karya seni generasi muda tentang perdamaian dari acara VOPI selama bertahun-tahun. Buku ini diluncurkan di PBB, New York.

Hingga akir hidupnya bersama dengan Visions of Peace Initiative, ia meluncurkan Golden Rule Interfaith Youth Conference. Konferensi Pemuda Lintas Agama untuk menggemakan perdamaian di generasi muda untuk dunia yang lebih baik.***

Posting Komentar

0 Komentar