Oleh: Saiful Huda Ems.
Assalamualaikum KPK, apa kabar?...
Rasanya
 sudah lama saya tak mendengar lagi suaramu setelah media sosial terus 
menerus dibanjiri berita soal Blok Medan yang menyeret nama Kahiyang dan
 Bobby Nasution, serta soal dugaan gratifikasi yang diterima oleh 
Kaesang dan istrinya.
Katamu
 tidak tahu dimana keberadaan Kaesang Pangarep sekarang, makanya 
orang-orang berbaik hati membantu KPK mencari Kaesang Pangarep dengan 
menyebarkan pamflet-pamflet di jalanan untuk mencari Kaesang yang hilang
 bersama ciri-cirinya. 
Alasan
 KPK tidak memanggil kaesang karena bukan PNS dan bukan pejabat negara 
sesungguhnya sangat tidak masuk di akal, karena jika itu alasannya, 
kenapa Hasto Kristiyanto yang bukan PNS dan bukan pula pejabat negara 
bisa-bisanya dipanggil oleh KPK beberapa kali? 
Terhadap
 kasus korupsi kereta api, hanya karena no handphone Hasto Kristiyanto 
dikirim ke seseorang yang dikemudian hari menjadi tersangka, lalu kenapa
 Hasto Kristiyanto yang malah dipanggil KPK? Ini tidak logis, selain 
kontradiktif dengan alasan KPK yang tak mau memanggil Kaesang karena 
dikatakannya bukan PNS, juga sangat berbahaya bagi penegakan hukum yang 
dilakukan oleh KPK yang terkesan tebang pilih. 
Tebang
 pilihnya KPK ini sangat berbahaya bagi masa depan penegakan hukum, 
sehingga kini publik bertanya, "lho Hasto Kristiyanto kan bukan PNS?". 
Dia juga bukan pejabat negara, bahkan jabatan menteri pun ditolak. Jadi 
calon Anggota DPR RI Hasto Kristiyantopun juga tidak mau mencalonkan 
diri, karena dia lebih memilih melakukan pelembagaan Partai termasuk 
mendorong sikap anti korupsi di internal Partai dengan proses 
demokratisasi yang dijalankan. 
Di
 tangannya Hasto Kristiyanto PDI Perjuangan menjadi Partai modern dengan
 sekolah partai, dan begitu banyak kantor partai yang dibangun menjadi 
harta abadi partai, hingga mendapat dua sertifikasi ISO. Lalu kenapa 
Hasto Kristiyanto dikriminalisasi sedangkan Kaesang, Bobby dan pengaduan
 Ubedilah dosen UNJ terhadap Gibran terkesan didiamkan? Apakah karena 
ada cawe-cawe Mulyono? Pertanyaan itu yang seharusnya dijawab oleh KPK.
Baiklah
 kalau "keluarga Mulyono" sampai saat ini masih belum ditemukan 
keberadaannya. Tidak apa-apa meskipun dugaan gratifikasi untuk penyewaan
 pesawat jet pribadi itu sangat fantastis sekali, konon sampai 8,5 
Miliar Rupiah atau 350 juta rupiah perjamnya, hanya untuk sebuah 
perjalanan aduhai sepasang anak presiden, disaat masih ada jutaan rakyat
 yang hidup dalam kemiskinan ekstrim.
Namun
 untuk soal mafia tambang yang diduga melibatkan Kahiyang dan Bobby 
dengan kode Blok Medan itu, apa ya harus terus didiamkan? Kenapa KPK 
masih tidak mau memanggil mereka berdua untuk dimintakan penjelasan atau
 pertanggung jawaban?. 
Ah
 KPK, jangan terus menerus melukai rasa keadilan rakyatlah, kami kan 
butuh kepastian hukum?. Ratusan miliar bahkan ratusan triliun bisnis 
tambang itu harus dikelola dengan baik dan transparan, jika ada 
kejahatan atau manipulasi perizinan disana, KPK harus pro aktif 
memprosesnya ke ranah hukum.
KPK
 itu kebanggaan rakyat, sandaran harapan bagi penegakan hukum yang 
menyangkut soal korupsi, jika KPK hanya menjadi instrumen hukum untuk 
kepentingan politik penguasa, yang ditujukan hanya untuk membidik dan 
menjerat hukum lawan-lawan politik penguasa, serta mengabaikan segala 
prilaku korup keluarga penguasa (Mulyono), maka itu sama halnya KPK 
telah menciderai rasa keadilan rakyat. 
Mohon
 kiranya KPK melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerjanya dalam 
kurun waktu hampir setahun belakangan ini, sebab jika tidak demikian 
saya khawatir nantinya rakyat berbondong-bondong turun ke jalan lagi, 
untuk menyatakan protes terhadap kinerja KPK yang sudah mulai loyo dan 
hanya bergairah untuk menjaga kepentingan politik penguasa (Mulyono) 
belaka.
Terlebih lagi 
ketika nantinya penguasa melalui kekuatan politik besarnya di Lembaga 
Legislatif (DPR) semakin bringas melucuti kewenangan-kewenangan stategis
 KPK, seperti yang akan dilakukannya pada MK, maka KPK hanya akan 
tinggal namanya saja, yang tak lagi bergigi dan tak lagi dihormati serta
 tak lagi berwibawa. 
Ayo
 renungkan semua ini KPK, karena kami sangat mencintaimu dan berharap 
banyak padamu. Abaikan kemarahan penguasa dan dengarlah jeritan nurani 
keadilan rakyat sang pemilik sah kedaulatan negara !...(SHE).
5 September 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pemerhati Politik.


0 Komentar